Rabu, 07 Maret 2012

BATIK YOGYAKARTA

-BATIK-


Batik merupakan sebuah karya seni warisan nenek moyang bangsa Indonesia.   Batik berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "nitik". Batik adalah seni melukis/menulis/menggambar
yang dilakukan diatas kain mori dengan menggunakan lilin atau malam sebagai penutup warna untuk mendapatkan ragam hias kain tersebut.

Batik pun terbagi dalam bermacam-macam jenis, diantaranya :
1.    Batik Tulis
2.    Batik Cap
3.    Batik Lukis

Dalam motifnya, batik tentu saja terdapat elemen-elemen yang mendasar, yaitu :
1.    Ornamen
Merupakan unsur pokok dalam motif berupa gambar dengan bentuk tertentu yang berukuran cukup besar atau dominan dalam sebuah pola. Ornamen ini disebut juga ornamen pokok. Contoh ornamen-ornamen pokok tradisional klasik yang antara lain terdiri atas: Meru, Pohon Hayat, Tumbuhan, Garuda, Burung, Candi atau Perahu (Bangunan), Lidah api, Naga, Binatang dan Kupu-kupu.
2.    Ornamen pengisi
Seperti namanya, ornamen ini digunakan sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan. Ornamen ini berukuran lebih kecil dan berbentuk lebih sederhana dibanding ornamen pokok. Contoh ornamen pengisi adalah ornamen berbentuk burung, daun, kuncup, sayap dan daun.
3.    Isen
Berfungsi sebagai pengisi atau pelengkap ornamen. Berbentuk kecil dan sederhana misalnya berupa titik-titik. Isen yang masih berkembang sampai saat ini antara lain adalah cecek-cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, cecek sawut daun, herangan, sisik, gringsing, sawut, galaran, rambutan dan rawan, sirapan, cacah gori.

Dalam pembuatannya, tentu saja memerlukan bahan dan alat.
bahan-bahan tersebut antara lain :
1. Kain
kain yang biasa digunakan dalam membatik adalah kain mori putih. Namun, beberapa jenis kain dapat digunakan dalam batik, antara lain :

a. Primissima, golongan yang sangat halus
Kata ‘Primissima’ mungkin berasal dari kata primus atau prima yang artinya kelas satu. Mori yang paling halus ini biasanya digunakan untuk membuat batik tulis, jarang digunakan untuk batik cap. Mori golongan ini dulu diimport dari Belanda dan Jepang. Sejak 1970 di Indonesia juga didirikan pabrik yang memproduksi yang kualitasnya mendekati golongan Primissima.

b. Prima, golongan yang halus
Kata ‘Prima’ juga berasal dari kata prime atau kelas satu. Seperti golongan pertama, kain ini biasa didapatkan secara import, namun kini Indonesia sudah memproduksi kain yang mendekati kualitas golongan Prima.

c. Biru atau medium, golongan dengan kehalusan sedang
Kata ‘biru’ didapat dari merk kain ini yang dicetak dengan tinta biru. Biru diimport dari Belanda, Jepang, India dan China.Golongan kain ini biasanya digunakan untuk membuat batik sedang atau kasar. Batik dari kain batik golongan ini disebut ‘Batik Sandang’.

d. Kain Blaco atau grey yang kasar
Golongan kain paling kasar ini juga disebut grey karena warna kain yang belum diputihkan. Pengusaha batik juga sering menenun sendiri kain ini  dengan alat tenun bukan mesin.

2. Lilin / Malam

Lilin adalah bahan batik yang digunakan untuk menutup warna sehingga terdapat pola/ragam hias di kain tersebut.  Sebelum menggunakan lilin pembatik sempat menggunakan bubur ketan. Setelah diketemukannya lilin, bubur ketan tidak digunakan lagi. Awalnya pembatik di Jawa mendapatkan lilin tawon (beewax) dari Sumatra, Sumbawa dan Timor. Pada akhir abad ke 19 mereka mulai menggunakan ozokerite dari Eropa. Kini, sesuai yang tercantum dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia, bahan pokok lilin yang digunakan adalah campuran dari lilin/malam tawon, gondorukem, damar mata kucing, parafin, microwax, dan kendala. Jumlah dan perbandingan bahan bermacam macam, dan sering kali dirahasiakan.

Lilin Batik
Gondorukem
Damar Mata Kucing
Kendala
Microwax

3. Zat Pewarna atau Cat Batik 

Tidak semua pewarna tekstil dapat digunakan untuk mewarnai batik karena sifat khusus batik. Batik tidak dapat dipanaskan pada saat pewarnaan karena akan melarutkan lilin. Lilin batik tidak kuat terhadap alkali. Sebaliknya, tidak semua pewarna tahan terhadap rebusan air pada saat pengelupasan lilin. Oleh karena sifatnya yang khusus ini maka pewarna batik harus dipilih yang sesuai dengan proses pewarnaan batik yang khas.

Menurut asalnya pewarna batik terdiri dari 2 jenis:
a.  Pewarna dari bahan alami, didapat dari bagian-bagian tumbuhan seperti akar, batang, kayu, kulit, daun dan bunga, atau dari getah buang (Lac Dye) binatang. Contohnya antara lain:
-daun pohon nila, kulit pohon soga tinggi, kunir, daun teh, blendok trembalo (getah buang kutu Tachardia Iacca yang hidup di pohon kesambi).
b.  Pewarna sintetis/buatan adalah pewarna yang dapat digunakan dalam suhu yang tidak merusak lilin, yang termasuk golongan pewarna tersebut adalah
-indigo
-indigosol
-naptol
-rapid
-cat soga
-cat basis
-cat Indanthreen
-cat belerang
-procion dingin (cat kreatif)

4. Zat Pembantu
Yang dimaksud dengan zat adalah zat-zat yang digunakan sebagai penyempurnaan proses pembatikan, yaitu antara lain: caustic soda, soda abu, TRO (Turkish Red Oil), teepol, asam chloride, asam sulfat, tawas, kapur, obat ijo/air ijo dan minyak kacang.
a.  Kostik soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau melarutkan lilin batik. 
b.  Soda Abu atau Na2CO3 digunakan untuk campuran mengetel(mencuci), untuk membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat pembantu pada celupan cat Indigosol. 
c.  Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau sebagai obat pembasah untuk mencuci kain yang akan di cap. 
d.  Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain sebelum di cap. 
e.  Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol atau untuk menghilangkan kanji mori. 
f.  Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol, dan juga bahan membuat TRO. 
g.  Tawas digunakan sebagai kancingan atau fixeer pewarna tumbuhan. 
h.  Kapur digunakan untuk melarutkan cairan Indigo. 
i.  Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan pada proses pengelupasan lilin. 
j. Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga mori menjadi lemas dan naik daya serapnya.






dan alat tang digunakan pun sebagai berikut :
1.    Kompor kecil : untuk memanasakan lilin/malam agar selalu cair
2.    Wajan : untuk tempat memanaskan lilin/malam
3.    Canting : untuk menggoreskan lilin pada kain
4.    Cap Batik : berupa stempel dari logam yang telah bermotif untuk membuat batik cap
5.    Rangka kayu : untuk meletakkan kain yang dibatik
6.    Meja kaca : untuk menggambar desain/pola. Memindah pola yang telah dibuat ke kain. (biasanya membutuhkan lampu di bawahnya)
7.    Panci : untuk membuat adonan warna
8.    Ember : untuk mewarna kain yang telag selesai dibatik
9.    Tempat melorod : berupa panci/drum dan kompor yang berukuran besar yang diisi dengan air panas yang telah dicampurkan dengan bahan-bahan pembantu untuk memudahkan pelepasan lilin.



Sumber : http://artscraftindonesia.com